|

Goa Suci

Kondisi situs Goa Suci di dusun Suci desa Wangun kecamatan Palang, Tuban, sungguh memprihatinkan. Goa yang diputuskan sebagai cagar budaya peninggalann sejarah Majapahit ini sebentar lagi akan ditenggelamkan lumpur sawah dan tanah tegal di sekitarnya.
Lahan sekitar goa, posisinya di tanah milik perseorangan kini masih dimanfaatkan lahan pertanian. Kedalaman gua yang semula 14 meter kini di bagian tengah gua yang punya fungsi masuknya sinar matahari tinggal 5 meter  dari permukaan tanah.
Akses jalan menuju ke dusun Suci dari jalan raya Palang sepanjang 3 kilometer jelek kondisinya, jembatanya pun rusak berat dan baru diperbaiki. Sementara akses jalan desa menuju ke gua tidak ada sama sekali sehingga harus melanggar tanaman milik petani.
Tanda-tanda situs hanya papan yang menunjukkan bahwa di sini ada situs yang dijadikan cagar budaya yang tidak boleh diganggu dan dilindungi undang-undang. Situs gua yang digali pada zaman kerajaan Mojopahit tahun 1296 (sesuai pahatan di mulut gua dalam huruf Jawa kuno) ini ada hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto.
Situs yang ditemukan pada tahun 1976 oleh penggali batu bata putih (kumbung) ini diresmikan sebagai obyek wisata oleh Bupati Masduki. Sampai saat ini karena gua ini antik dan penuh pahatan yang punya nilai seni tersendiri bahkan di salah satu ruangannya ada jurang wayang yang menggambarkan kegantengan Raden Harjuna (Arjuno).
yang melihat langsung sekitar gua memang memprihatinkan. Dilingkupi semak belukar dan tanaman wijen milik pemilik tanah di sini.  Kondisi gua di desa Wangun memang terjaga rapi dan cukup bersih.
Pohon bunga Kenanga raksasa, tinggi besar karena nampak akarnya yang kokoh, umurnya diperkirakan ratusan tahun berdiri di antara gerbang gua serta pohon pisang kecil yang tumbuh liar mendukung kesejukan suasana gua.
Juru kunci Gua Suci, Nuradji (64 tahun) yang menjadi penjaga gua selama 30 tahun terakhir ini merasa prihatin dengan kondisi gua yang makin tenggelam. Jurang Wayang kini sudah tidak nampak lagi, setiap jam 12 siang ketika matahari berada di atas kepala, gua akan terang benderang dan nampak indah, kini tidak lagi bisa terlihat jelas.
Menurut Nuradji, batu padas yang keras dari gua ini diambil oleh kerajaan Mojopahit untuk istana di pusat pemerintahan Trowulan Mojokerto Mojopahit. Pahatan batu cadas masih terlihat jelas dan rapi cara pengambilannya, seperti mesin tetapi penuh seni dan inilah kelebihan Gua Suci.
Saat ini masih ada empat ruangan yang utuh. Ada satu ruangan yang ambruk di bagian selatan karena terkena gempa pada tahun 70-an. Yang tersisa ini harus dilestarikan dan pihaknya sudah lapor ke balai Meseum Trowulan yang menaungi cagar budaya ini.
“Saya mohon kepada kantor di Trowulan agar tanah milik Marsidin di dusun Suci ini dibeli. Luasnya 6.250 meterpersegi kini dikuasai oleh ahli warisnya Darum,” kata Nuradji.
Ini agar nantinya situs sejarah yang cantik dan menarik ini bisa dibangun pagar untuk menahan tanah dan lumpur masuk ke gua. Manfaat lainnya sekitar gua bisa terlindung dan akses jalan bisa dibangun agar pengunjung bisa masuk dengan nyaman.
Nuradji juga minta nantinya pengunjung di sini bukan hanya orang yang akan mengambil pusaka atau bertapa di sini, tetapi generasi muda yang ingin tahu peninggalan nenek moyangnya yang sampai saat ini masih tetap terawat baik.
“Saya mohon kepada pemerintah kabupaten maupun kepala wialayah di sini lebih peduli. Karena nilai sejarahnya cukup tinggi. Anak cucu kita biar bisa melihat peninggalan nenek moyangnya,” ungkap juru kunci yang mendapat honor Rp 12.000/bulan sekitar tahun 80-an dan kini pensiunnya Rp 1,1 juta per bulannya.

Posted by Unknown on 02.13. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Labels

daftar isi





Recently Commented

Recently Added